Dengan Jubah Lusuh
Oleh Sdr. Kris Tampajara,MTB
Tinggal di Kom. Singkawang
Kau berkeliling di kota yang angkuh dengan tembok merah
Lalu berdendang ria bersama sahabat dalam pelukan dewi malam nan cantik
Alunan suaramu selalu menggairahkan para taruna kota
Yang kerap melongokan kepala pada jendela-jendela ketika rombonganmu menyusuri jalan
malam yang terlalu larut
Dan sorak-sorai memenuhi sudut-sudut kota menyambut tembang lawas yang kau lantunkan dan
selalu menggaduhkan suasana kota yang telah terlelap
Dengan darah muda kau menuju Perugia untuk mengabdi pada kota Asisi
Di dadamu bergelora semangat ksatria yang terlalu rapuh untuk diselamatkan pada hari
kemenangan, sebab kau meringkuk tak berdaya pada keangkuhanmu sendiri
Dengan tubuh yang rapuh kau kembali ke Assisi untuk melepas baju jirah yang terlalu berat untuk
kau kenakan, mungkin kepulanganmu lebih cocok sebagai perjalanan kembali pada rumah batinmu dan bergelut dengan suara-suara yang menggema di sudut-sudut ranjang ketakberdayaan
Di kala itulah kau bergumam pada dirimu sendiri, metanoia.....metanoia.....di jendela rumah
sembari memandang langit biru nan cerah
Ada keyakinan, namun kerap kali diselimuti keragu-raguan pada hari depanmu
Mungkin di San Damianolah tumbuh keberanian untuk berteriak lantang
metanoia...metanoia....yang menggema di seluruh kota Assisi. Kepahitan menjadi kemanisan,
keragu-raguan menjadi keyakinan, kekayaan menjadi kemiskinan, ksatria menjadi hamba,
kemewahan menjadi kesederhanaan. Oh.....inilah yang telah lama terpendam pada ladang Assisi
Katamu ketika kau mengikat jubah lusuh dengan tali ketaatan pada tuan puteri kemiskinan yang selalu memesona jiwamu
Kini kau tidak lagi berkeliling kota dengan membusungkan dada lalu membuat Assisi terjaga pada larut malam oleh sorak-sorai mabuk pestamu yang nyentrik
Namun dengan jubah lusuh yang lebih mendekati jorok, kau membuat Assisi terperangah
Dengan alap santunmu yang lebih mendekati kemanjaan, kau membuat puteri Assisi terpesona
Ya.....dengan menjadi hamba, para ksatria kota telah kau taklukan dengan kelembutan jiwamu
Oleh Sdr. Kris Tampajara,MTB
Tinggal di Kom. Singkawang
Kau berkeliling di kota yang angkuh dengan tembok merah
Lalu berdendang ria bersama sahabat dalam pelukan dewi malam nan cantik
Alunan suaramu selalu menggairahkan para taruna kota
Yang kerap melongokan kepala pada jendela-jendela ketika rombonganmu menyusuri jalan
malam yang terlalu larut
Dan sorak-sorai memenuhi sudut-sudut kota menyambut tembang lawas yang kau lantunkan dan
selalu menggaduhkan suasana kota yang telah terlelap
Dengan darah muda kau menuju Perugia untuk mengabdi pada kota Asisi
Di dadamu bergelora semangat ksatria yang terlalu rapuh untuk diselamatkan pada hari
kemenangan, sebab kau meringkuk tak berdaya pada keangkuhanmu sendiri
Dengan tubuh yang rapuh kau kembali ke Assisi untuk melepas baju jirah yang terlalu berat untuk
kau kenakan, mungkin kepulanganmu lebih cocok sebagai perjalanan kembali pada rumah batinmu dan bergelut dengan suara-suara yang menggema di sudut-sudut ranjang ketakberdayaan
Di kala itulah kau bergumam pada dirimu sendiri, metanoia.....metanoia.....di jendela rumah
sembari memandang langit biru nan cerah
Ada keyakinan, namun kerap kali diselimuti keragu-raguan pada hari depanmu
Mungkin di San Damianolah tumbuh keberanian untuk berteriak lantang
metanoia...metanoia....yang menggema di seluruh kota Assisi. Kepahitan menjadi kemanisan,
keragu-raguan menjadi keyakinan, kekayaan menjadi kemiskinan, ksatria menjadi hamba,
kemewahan menjadi kesederhanaan. Oh.....inilah yang telah lama terpendam pada ladang Assisi
Katamu ketika kau mengikat jubah lusuh dengan tali ketaatan pada tuan puteri kemiskinan yang selalu memesona jiwamu
Kini kau tidak lagi berkeliling kota dengan membusungkan dada lalu membuat Assisi terjaga pada larut malam oleh sorak-sorai mabuk pestamu yang nyentrik
Namun dengan jubah lusuh yang lebih mendekati jorok, kau membuat Assisi terperangah
Dengan alap santunmu yang lebih mendekati kemanjaan, kau membuat puteri Assisi terpesona
Ya.....dengan menjadi hamba, para ksatria kota telah kau taklukan dengan kelembutan jiwamu
No comments:
Post a Comment