Headline Majalah PERANTAU

Pencarian Lokal

Custom Search

Titipan Link Teman

Thursday, January 1, 2009

Tajuk

Ekonomi Berkeadilan


Dari arti katanya
, ekonomi mestinya bertaut rapat dengan keadilan. Ekonomi menyangkut penataan, pengaturan atau pemberesan urusan ‘rumah tangga’ (oikos : rumah tangga, nomos: aturan). Penataan atau pengaturan itu dimaksudkan agar semua warga ‘rumah tangga’ mendapatkan apa yang seharusnya dia dapatkan agar dia hidup wajar dan baik sebagai manusia, makhluk individu, makhluk sosial, makhluk ekonomi, makhluk religius dan makhluk ekologis.

Namun, ketika kita berhadapan dengan realitas hidup, ekonomi ternyata menjadi kekuatan yang liar, tak terkendalikan, bergerak dengan tatanannya sendiri, berkiprah dengan hukumnya sendiri, lepas dari pertautannya dengan kebaikan dan kesejahteraan hidup manusia. Ekonomi keluar dari rel tujuan adanya yakni kesejahteraan dan kebaikan hidup bersama manusia atau kesejahteraan bersama. Ekonomi telah keluar dari ‘fitrahnya’, yakni urusan rumah tangga, dan masuk ke dalam arena ‘hukum rimba’, sehingga hanya yang kuat dapat bertahan hidup dan bahkan hidup berkelimpahan, sedangkan yang lemah terpental ke luar arena hidup layak, lantas terhempas dalam kubangan kemiskinan yang nyaris ‘abadi’.

Itulah fakta yang tak dapat kita pungkiri dalam arena pasar bebas atau ekonomi yang berintikan roh kapitalis pada masa kini. Dampak nyata dari tingkah ekonomi pasar bebas atau neoliberalisme ini adalah pertarungan di arena pasar yang menghampar ke seluruh jagat. Dunia kita menjadi arena pertarungan, dengan ‘norma’ pertarungan yang amat primordial-natural, yakni yang kuat menang serta hidup, yang kalah terhempas dan mati.

Jumlah angkah orang-orang miskin, yang kalah dalam pertarungan, terus menanjak naik. Ironisnya bersamaan dengan itu kita menyaksikan kemajuan iptek yang mempermudah dan menjamin efisiensi pencapaian tingkat produksi, terutama pemanfaatan sumber-sumber alam berkelimpahan untuk kemajuan hidup manusia. Tetapi mengapa ada kemiskinan massif di satu pihak dan akumulasi kekayaan di lain pihak? Soalnya, bukan bahwa alam tidak memberi jaminan hidup berkecukupan, tetapi apa yang diberikan alam tidak pernah mencukupi bagi sejumlah orang tamak. Kebenaran pernyataan Gandhi ini dengan mudah kita temukan buktinya. Hanya ada sedikit orang kaya raya di bumi ini dan selebihnya massa rakyat miskin yang tak terhitung jumlahnya, atau jumlahnya selalu dimanipulasi.

Ketika PERANTAU kali ini menyoroti lagi keadilan ekonomi, maka terasa baik menyimak sejumlah pokok yang harus diperhatikan sebagai fondasi bagi keadilan ekonomi. Pokok-pokok tersebut digali dari rancangan dan kehendak keadilan Allah sebagaimana tertuang dalam Kitab Suci.

Pertama, keadilan berarti memperlakukan sesama secara benar menurut norma-norma manusiawi yang membantu setiap orang berkembang sebagai pribadi. Kedua, keadilan Ilahi dalam konteks ekonomi, mencakup pengutamaan kepentingan dari mereka yang paling membutuhkan; Ketiga, keadilan ekonomi tidak semata-mata menyangkut alokasi sumber-sumber material, tetapi kualitas relasi antar manusia; Keempat, keadilan dalam alokasi sumber-sumber material harus didasarkan pada hak setiap orang untuk menikmati rahmat dan berkat Allah melalui materi yang diciptakan-Nya.

Karena itu keadilan dalam bidang ekonomi bukan pertama-tama menyakut hukum, politik dan kebijakan ekonomi tetapi menyangkut kualitas moral dalam kehidupan manusia sebagai makhluk pribadi, sosial, ekonomi, religious dan ekologis. Tanpa ada kualitas moral dalam hidup manusia, maka mimpi keadilan ekonomi tak kunjung menjadi kenyataan.

Link Teman-Teman