Headline Majalah PERANTAU

Pencarian Lokal

Custom Search

Titipan Link Teman

Wednesday, January 14, 2009

NOTULEN RAPAT AKHIR TAHUN REDAKSI MAJALAH PERANTAU

Hari / tanggal : Senin, 8 Desember 2008
Pemimpin rapat : Sdr. Iron Rupa, OFM
Peserta : Sdr. Peter Aman, OFM ; Sdr. Eddy Kristiyanto, OFM ; Sdr. Yufen, OFM ; Sdr. Duma, OFM dan Sdr. Mauritz, OFM
Beberapa hal yang dibicarakan dan diputuskan:
1. Evaluasi 2008:
a. Kelemahan di banyak sisi (Proses pencetakan majalah: mulai dari wartawan dan redaksi:; penjaga rubrik, editor bahasa lalu redaktur pelaksana, design grafis, masukan dan koreksi lagi, yang terakhir: pimpinan redaksi)
b. Sarana dan prasarana kurang (komputer), printer untuk contoh cetakan dan koreksi dan kamera untuk foto tidak ada
c. Soal kantor (tempat kerja), komputer di kantor sulit digunakan karena Sdr. Kees tidak mengizinkan dengan sukarela.
d. Lima point evaluasi:
i. SDM : ada orang dengan macam-macam tugas; perlu diatur lebih baik.
ii. Keuangan
iii. Manajemen
iv. Visi
v. Sarana : komputer
e. Timnya diperkuat dan keterlibatan frater di PERANTAU perlu diakui sebagai sebuah ekstra- kurikuler (usul ke sekdikdi)
f. Ada sambutan baik dari segi penampilan dan isi dari para pembaca mengenai format dan isi PERANTAU yang baru

2. Edisi Akhir Tahun 2008.
a. Cetak edisi September – Desember 2008.
b. Berita-berita diganti dengan: 1. Berita tentang rapat perdana di Medan (Iron) ; 2. Berita pengukuhan Sdr. Eddy Kristiyanto, OFM sebagai seorang profesor.
c. Edisi akhir ini disepakati sebagai edisi yang sederhana: kertas koran, hanya cover depan yg berwarna, agar lebih murah dan tidak mahal.
d. Pinjam dana dari JPIC.
3. Hasil rapat di Nagahuta berkaitan dengan PERANTAU :
i. Statuta PTF dibacakan bersama.
ii. Sharing kondisi nyata SEKAFI
iii. Disepakati dalam rapat :
1. Kerja sama di bidang spiritualitas perlu diperkokoh
2. Perlu adanya royalti untuk penulis buku dan manajemen.
3. Mekanisme kerja, dana, sarana dan pra sarana.
4. Profil kongregasi : buat buku dalam rangka 800 tahun.
5. Mengusulkan agar Sdr. Eddy bicara tentang kerja sama antar fransiskan (Sekafi) dalam pertemuan di Lota (April 2009) secara khusus berkaitan dengan SEKAFI dan Majalah PERANTAU.
iv. PERANTAU 2009 : terbit empat kali dengan bobot utama: Fransiskanisme.
1. Mengubah isi : dinamika diganti dengan ‘kronik’; seni sastra tidak perlu lagi, dimasukkan menjadi suplemen yg bisa terbit sekali setahun.
2. Membahas tulisan-tulisan Fransiskus:
3. Tajuk, Fokus, saudara kelana, resensi, kronik (bisa berupa foto), tulisan Fransiskus.
4. Tulisan St. Fransiskus; hagiograf (Celano, Bonaventura, kronik-kronik), dllsb.
v. Tema-tema 2009:

TEMA UTAMA : Rahmat Asal-Usul Kita
1. Januari – Maret : mendengar supaya berubah
a. Spiritualitas : Salib San Damiano (resensi Buku Salib San Damiano)
b. Fokus :
i. Utama (membahas tema: Toni OFM Cap.)
ii. Hendrik Seta
iii. Mike Peruche
c. Saudara Kelana : Mgr. Leo OFM
d. Resensi Buku San Damiano : Yuven
e. Kronik : Redaktur Pelaksana (minta bulletin-buletin dari masing-masing Tarekat)
f. Tulisan Fransiskus: Kons Bahang OFM (Sacrum Commercium)
2. April – Juni : Berani menghayati Injil – 1Cel 22.
a. Spiritualitas : Inilah yang kucari
b. Fokus
i. Peter C. Aman (Berani Menghayati Injil)
ii. Christine Murni FMM
iii. Zita SFS
c. Saudara Kelana (Mgr. Leo OFM)
d. Resensi Buku : Krisna Mencari Raga (Anton Duma OFM)
e. Kronik
f. Tulisan St. Fransiskus : Kons Bahang OFM
3. Juli – September : Mengembalikan segalanya kepada Tuhan
a. Spiritualitas : Wasiat St. Fransiskus
b. Fokus :
i. Hendrika FSGM (Mengembalikan segalanya kepada Tuhan)
ii. Surya Pranata, OFM
iii. Titus OFM Conv
c. Sdr. Kelana
d. Resensi : Anggaran Dasar OFS (Erens Gesu OFM)
e. Kronik
f. Tulisan Fransiskus : Kons Bahang OFM
4. Oktober – Desember : Menatap Masa Depan
a. Spiritualitas : Wasiat St. Clara
b. Fokus :
i. Margaretha OSC / Bernad OSC
ii. Tanto OFM
iii. OSC Cap (Sikeben)
c. Sdr. Kelana
d. Resensi : Eddy Kristiyanto OFM
e. Kronik
f. Tulisan Fransiskus : Kons Bahang OFM

Thursday, January 1, 2009

Tajuk

Ekonomi Berkeadilan


Dari arti katanya
, ekonomi mestinya bertaut rapat dengan keadilan. Ekonomi menyangkut penataan, pengaturan atau pemberesan urusan ‘rumah tangga’ (oikos : rumah tangga, nomos: aturan). Penataan atau pengaturan itu dimaksudkan agar semua warga ‘rumah tangga’ mendapatkan apa yang seharusnya dia dapatkan agar dia hidup wajar dan baik sebagai manusia, makhluk individu, makhluk sosial, makhluk ekonomi, makhluk religius dan makhluk ekologis.

Namun, ketika kita berhadapan dengan realitas hidup, ekonomi ternyata menjadi kekuatan yang liar, tak terkendalikan, bergerak dengan tatanannya sendiri, berkiprah dengan hukumnya sendiri, lepas dari pertautannya dengan kebaikan dan kesejahteraan hidup manusia. Ekonomi keluar dari rel tujuan adanya yakni kesejahteraan dan kebaikan hidup bersama manusia atau kesejahteraan bersama. Ekonomi telah keluar dari ‘fitrahnya’, yakni urusan rumah tangga, dan masuk ke dalam arena ‘hukum rimba’, sehingga hanya yang kuat dapat bertahan hidup dan bahkan hidup berkelimpahan, sedangkan yang lemah terpental ke luar arena hidup layak, lantas terhempas dalam kubangan kemiskinan yang nyaris ‘abadi’.

Itulah fakta yang tak dapat kita pungkiri dalam arena pasar bebas atau ekonomi yang berintikan roh kapitalis pada masa kini. Dampak nyata dari tingkah ekonomi pasar bebas atau neoliberalisme ini adalah pertarungan di arena pasar yang menghampar ke seluruh jagat. Dunia kita menjadi arena pertarungan, dengan ‘norma’ pertarungan yang amat primordial-natural, yakni yang kuat menang serta hidup, yang kalah terhempas dan mati.

Jumlah angkah orang-orang miskin, yang kalah dalam pertarungan, terus menanjak naik. Ironisnya bersamaan dengan itu kita menyaksikan kemajuan iptek yang mempermudah dan menjamin efisiensi pencapaian tingkat produksi, terutama pemanfaatan sumber-sumber alam berkelimpahan untuk kemajuan hidup manusia. Tetapi mengapa ada kemiskinan massif di satu pihak dan akumulasi kekayaan di lain pihak? Soalnya, bukan bahwa alam tidak memberi jaminan hidup berkecukupan, tetapi apa yang diberikan alam tidak pernah mencukupi bagi sejumlah orang tamak. Kebenaran pernyataan Gandhi ini dengan mudah kita temukan buktinya. Hanya ada sedikit orang kaya raya di bumi ini dan selebihnya massa rakyat miskin yang tak terhitung jumlahnya, atau jumlahnya selalu dimanipulasi.

Ketika PERANTAU kali ini menyoroti lagi keadilan ekonomi, maka terasa baik menyimak sejumlah pokok yang harus diperhatikan sebagai fondasi bagi keadilan ekonomi. Pokok-pokok tersebut digali dari rancangan dan kehendak keadilan Allah sebagaimana tertuang dalam Kitab Suci.

Pertama, keadilan berarti memperlakukan sesama secara benar menurut norma-norma manusiawi yang membantu setiap orang berkembang sebagai pribadi. Kedua, keadilan Ilahi dalam konteks ekonomi, mencakup pengutamaan kepentingan dari mereka yang paling membutuhkan; Ketiga, keadilan ekonomi tidak semata-mata menyangkut alokasi sumber-sumber material, tetapi kualitas relasi antar manusia; Keempat, keadilan dalam alokasi sumber-sumber material harus didasarkan pada hak setiap orang untuk menikmati rahmat dan berkat Allah melalui materi yang diciptakan-Nya.

Karena itu keadilan dalam bidang ekonomi bukan pertama-tama menyakut hukum, politik dan kebijakan ekonomi tetapi menyangkut kualitas moral dalam kehidupan manusia sebagai makhluk pribadi, sosial, ekonomi, religious dan ekologis. Tanpa ada kualitas moral dalam hidup manusia, maka mimpi keadilan ekonomi tak kunjung menjadi kenyataan.

Link Teman-Teman