Headline Majalah PERANTAU

Pencarian Lokal

Custom Search

Titipan Link Teman

Tuesday, March 4, 2008

Edisi Januari-Februari: Dinamika

KELUARGA FRANSISKAN DI TENGAH
PEMANASAN GLOBAL

(Iron, OFM)

Pada hari Selasa 29 Januari 2008, JPIC-OFM Indonesia mendapat kunjungan seorang saudara Fransiskan Capusin yang terlibat di Fransciscan Internasional (FI), yakni Sdr. Bernd Beermann, OFMCap. Kedatangan Sdr. Bernd ke Indonesia terkait erat dengan tugasnya sebagai anggota staf FI dalam bidang ekologi. Sebagai koordinator animasi ekologi FI, saudara Bernd diutus oleh FI untuk berpartisipasi sebagai peserta pada Konferensi Perserikatan Bangsa Bangsa tentang Perubahan Iklim (United Nations Conference on Climate Change) di Nusa Dua Bali, 3 – 14 Desember 2007.
Tentu saja, selain mengemban amanat untuk berpartisipasi dalam diskusi global tentang dampak masalah dari pemanasan global (Global Warming), Saudara Bernd yang bertanggung jawab untuk menyebarluaskan berita-berita kegiatan FI khususnya menyangkut keadaan ekologi ke dalam website FI ini pun mengambil kesempatan ini untuk mengunjungi dan mensosialisasikan dampak pemanasan global terhadap para saudara-saudari keluarga Fransiskan di Indonesia. Dalam refleksinya, Saudara Bernd menyadari sungguh bahwa panggilan untuk menjaga keutuhan ekologi-alam ciptaan merupakan panggilan dasar seorang Fransiskan dalam membangun persaudaraan semesta, bersaudara bukan saja dengan sesama manusia tetapi juga dengan seluruh alam ciptaan.
Salah satu bentuk riil upayanya adalah dengan mengadakan sharing bersama tentang dampak pemanasan global dan FI di ruang audio visual JPIC-OFM. Hadir dalam sharing yang penuh dengan suasana persaudaraan itu yakni para saudara Fransiskan yang terlibat di JPIC-OFM, beberapa saudara muda (Frater yang belum profesi kekal) yang sedang studi di STF Driyarkara, para saudari FMM yang datang dari Slipi dan Bogor serta saudari dari FSGM. Sharing ini difasilitasi langsung oleh saudara Peter Aman selaku direktur JPIC-OFM.
Semua peserta yang hadir bersama-sama dengan Saudara Bernd mengawali sharing dan diskusi ini dengan terlebih dahulu menyaksikan film dokumenter tentang kerusakan alam di Riau. Diceritakan dalam film dokumenter tersebut bagaimana kekuatan korporasi-korporasi global menghancurkan hutan secara meluas di daerah Sumatra. Demi mengejar target ekonomi lewat penanaman kelapa sawit, hutan-hutan pun ditebang dan dialihkan menjadi kebun kelapa sawit. Sistem monokultur inilah yang merusak sistem keseimbangan alam-ekosistem pada hutan-hutan tersebut. Tambahan pula, kehidupan suku anak dalam yang mengandalkan hutan sebagai habitat dan tempat tinggal mereka pun dihancurkan. Mereka dipaksa untuk keluar dari rumah dan lingkungan yang telah mereka diami bertahun-tahun lamanya.
Setelah bersama-sama menyaksikan kehancuran hutan di Sumatra, Saudara Bernd memaparkan berbagai hal menyangkut kondisi dan dampak ekologi saat ini bagi kehidupan manusia. Pertimbangan ekonomi-bisnis umumnya mendasari upaya untuk mengganti ekosistem hutan dengan sitem monokultur penanaman kelapa sawit. Penghancuran hutan dan eksploitasi secara besar-besaran terhadap alam merupakan suatu potret betapa perspektif ekosistem belum disadari oleh manusia. Manusia terjebak dalam dunia industri dengan pengejaran keuntungan (uang) menjadi prioritas dan target.
Menurut saudara Bernd, sistem ekologi atau ekosistem yang telah terbentuk pada hutan secara alamiah yang telah dihancurkan akan mengakibatkan adanya ketidakseimbangan pada ekosistem yang baru (hutan kelapa sawit). Sebagai sebuah ekosistem, alam semesta merupakan satu rangkaian jaringan yang saling terkait dan bergantung antara satu dengan yang lain.
Manusia sebagai salah satu bagian dari rantai ekosistem memiliki tanggung jawab bersama untuk menjaga dan merawat alam semesta ini. Sebab menjaga alam semesta berarti menjaga kehidupan untuk terus berlangsung dan sebaliknya menghancurkan hutan (alam) berarti menghancurkan kehidupan seluruh makhluk di alam semesta ini termasuk manusia.
Bagi saudara yang juga mendalami secara khusus ilmu kimia dan biologi ini, pemahaman dan pemaknaan alam semesta sebagai sebuah jaringan ekosistem amatlah diperlukan bagi semua umat manusia. Sebab dengan pemahaman yang tepat akan alam semesta sebagai sebuah ekosistem dan manusia sebagai salah satu bagian dari mata rantai ekosistem tersebut, maka kita mampu berpikir dan bertindak secara bijak dan tepat terhadap alam, seperti memelihara tanah dan hutan kita. Bahkan menurut saudara Bernd, persoalan ekologi pun dapat dikategorikan sebagai persoalan human right.
Setelah mendengar pemaparan dan sharing dari saudara Bernd, peserta diajak oleh moderator untuk memberikan pertanyaan-pertanyaan dan sharing seputar pengalaman atau persoalan ekologi. Sharing dan pertanyaan-pertanyaan berkisar pada dua hal. Pertama terkait dengan upaya bagaimana membangun kolaborasi dan jaringan antara sesama keluarga Fransiskan dan juga dengan kelompok religius, agama dan keyakinan lain serta Non Government Organization (NGO) atau dengan seluruh masyarakat. Kedua adalah bagaimana melihat kompleksitas persoalan ekologi termasuk sampah di Jakarta dan bagaimana upaya mencari alternatif mengatasinya.
Bagi saudara Bernd, sosialisasi dan kampanye tentang isu kerusakan ekologi baik di tingkat internal Fransiskan maupun di luar Fransiskan sangat urgen. Alasannya karena semua manusia akan merasakan akibat dari global warming apapun latar belakangnya. Proses menanggulangi persoalan ekologi yang kompleks membutuhkan kerjasama dengan semakin banyak orang. Pada titik inilah menurut beliau, keluarga Fransiskan harus proaktif mensosialisasikan dan bertindak nyata secara bertahap guna mengatasi persoalan global ini dengan membangun kerjasama dengan semua orang yang memiliki kehendak dan tujuan mulia yakni memelihara alam semesta.
Menjawab persoalan kedua, saudara Bernd melukiskan kaitan yang erat, rumit dan kompleks antara kebijakan pemerintah, kepentingan korporasi-bisnis dan pemeliharaan keutuhan ciptaan. Menurut beliau, sebagaimana kasus sampah di Jakarta, regulasi yang tepat dengan mengindahkan keutuhan alam dari pemerintah untuk meng-counter eksploitasi berlebihan dari pabrik-pabrik industri dan sampah buangan rumah-rumah tangga sangat membantu mengurangi berbagai akibat negatif dari sampah. Pada tahap ini, pendekatan dan dialog dengan para pengambil kebijakan dalam pemerintah menjadi sangat penting bagi keluarga Fransiskan.
Tentu saja, efektivitas menanggulangi persoalan kerusakan ekologi khususnya sampah di Jakarta sangat bergantung pula pada kesadaran dan tindakan nyata semua warga masyarakat Jakarta untuk lebih bijak dalam mengatur sampah dalam rumah tangganya masing-masing. Ini berarti termasuk cara pengelolaan sampah dari semua keluarga besar Fransiskan di Jakarta.
Bagi saudara Bernd, kata-kata dan tindakan nyata tiap-tiap saudara dan saudari untuk menjaga dan merehabilitasi ekosistem di mana kita berada merupakan langkah yang pertama dan strategis untuk mengatasi kerusakan alam yang makin mengkhawatirkan saat ini. Oleh karena itu, bagi beliau, kita membutuhkan saudara-saudari yang sungguh-sungguh memberi perhatian, berkomitmen dan bertindak konkrit terhadap persoalan ekologi. Di sinilah aspek kefransiskanan kita ditantang untuk memelihara persaudaraan alam semesta.
Komunitas FI, dengan berbagai karya dan tindakannya, merupakan salah satu upaya Persaudaraan untuk mewujudkan Keutuhan Ciptaan. Saudara Bernd pun berharap bahwa dengan kehadiran perwakilan FI di Bangkok yang mengakomodasi berbagai isu Keadilan, Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan di kawasan Asia-Pasifik, kolaborasi dan kerja sama di antara kita semakin erat dibangun untuk mewujudkan spiritualitas Fransiskan kita yang terarah pada penciptaan persaudaraan semesta yang adil, damai dan utuh.
Akhirnya, sharing dan diskusi ekologi ini pun diakhiri dengan makan bersama. Suasana persaudaraan dan kebersamaan tampak nyata di wajah-wajah peserta yang cerah setelah mendapat banyak sharing dan dukungan dari utusan FI ini. Kita berharap bersama semoga dengan kunjungan persaudaraan dan sharing dari saudara Bernd, kita sebagai keluarga besar Fransiskan semakin berani untuk terlibat bersama-sama dalam menangani persoalan-persoalan kerusakan alam semesta di tempat kita masing-masing dengan membangun jaringan dan kerja sama di antara kita.

No comments:

Post a Comment

Link Teman-Teman